a

Thursday 14 March 2013

Macam Macam Proses Rekayasa Perangkat Lunak (RPL)

    Tidak Mau Membaca ?
    DOWNLOAD Versi PDF DISINI

    DOWNLOAD Versi DOC DISINI 
     
  1. Linear sequential Model (Model Sekuensial Linear)/Model Waterfall
Model ini adalah model klasik yang mengusung pengembangan  perangkat lunak yang sistematis, berurutan/sekuensial dimulai pada tingkat dan kemajuan system pada seluruh persyaratan dalam analisis, perancangan (desain), pengkodean, pengujian (testing), hingga ke tahap pemeliharaan dalam membangun software (perangkat lunak). Berikut ini gambaran dari Linear Sequential Model / waterfall model.

             Gambar 1. The linear sequential model
Pada setiap tahapan dianalogikan bak air yang mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah, artinya sebuah proses baru bias dilanjutkan setelah satu tahap awal selesai dengan sempurna.
Penjelasan tentang setiap tahapan dapat diringkas sebagai berikut:
Tahap analisis: pada tahap ini berlangsung proses pengumpulan kebutuhan secara lengkap untuk dianalisis dan didefinisikan kebutuhan apa saja yang harus dipenuhi oleh program yang akan dibuat, seperti memahami domain permasalahan, tingkah laku, unjuk kerja dan interface (antar muka).
Tahap desain: proses ini melibatkan empat atribut sebuah program yaitu struktur data, arsitektur, perangkat lunak, representasi interface, dan detail (algoritma) prosedural.
Tahap pengkodean: proses penterjemahan desain ke dalam bentuk bahasa mesin yang dapat dilakukan secara mekanis.
Tahap pengujian: proses ini dikerjakan setelah kode dirancang dan difokuskan pada fungsi dan jumlah kesalahan untuk diperbaiki.
Tahap pemeliharaan: meliputi penyesuaian atau perubahan yang berkembang seiring dengan adaptasi perangkat lunak dengan kondisi atau situasi sebenarnya setelah disampaikan kepada konsumen atau pelanggan.
Kelebihan metode ini antara lain mudah diaplikasikan karena urutan-urutan pengerjaan sudah sering dipakai; selain itu juga cocok untuk software berskala besar dan yang bersifat umum; yang paling penting, karena langkah-langkahnya sangat sekuensial, pengerjaan proyek akan mudah dikontrol dan terjadwal dengan baik.
Namun, terdapat pula beberapa kelemahan yang menjadi kekurangan dari metode waterfall ini, seperti kurang fleksibel, dikarenakan rincian prosesnya harus benar-benar jelas dan tidak boleh diubah-ubah. Apabila dikerjakan dengan melampaui tahap yang seharusnya maka proses desain yang sebelumnya itu akan berubah total dan memakan waktu yang banyak jika harus mengulang proses.
Model waterfal ini sangat sesuai digunakan dalam pengembangan sistem perangkat lunak dan hardware yang luas dan apabila kebutuhan pengguna telah dimengerti dengan baik. Selain itu, juga apabila waktu yang tersedia juga masih cukup banyak.
2.       Prototyping Model
Metode ini menyajikan gambaran yang lengkap dari sistem, terdiri atas model kertas, model kerja dan program. Pihak pengembang akan melakukan identifikasi kebutuhan pemakai, menganalisa sistem dan melakukan studi kelayakan serta studi terhadap kebutuhan pemakai, meliputi model interface, teknik prosedural dan teknologi yang akan dimanfaatkan.

 Gambar 2. Prototyping Model
Secara ringkas, tahapan-tahapan dalam model prototyping adalah:
Tahap Pengumpulan kebutuhan: pada tahap ini, pelanggan dan pengembang saling bantu dalam mendefinisikan format seluruh perangkat lunak, menentukan keperluan dan garis besar sistem yang akan dirancang.
Tahap Quick design: membangun rancangan global sebagai contoh bagi user
Tahap Pembangunan Prototipe: proses perancangan sementara yang fokusnya kepada penyajian kepada pelanggan, termasuk pengujian dan penyempurnaan.
Tahap Evaluasi Pelanggan: di mana pelanggan melakukan pengujian terhadap prototipe yang ada dan pengembang memperhalus analisis kebutuhan pemakai.
Tahap Pembuatan dan Implementasi: tahap ini termasuk proses desain (rancang), pengkodean dan testing.

Keunggulan model ini adalah sifatnya yang sangat interaktif sehingga pengembang dan pengguna (pemakai) dapat terus berinteraksi selama pengerjaan tahapan-tahapan tersebut. Peran aktif pemakai ini dapat menghemat waktu dalam pengembangan sistem dan bila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian keinginan, pemakai dapat segera memberitahukannya sehingga pengembang dapat secepatnya melakukan penyesuaian.
Kelemahan model ini antara lain, akibat adanya quick design, kadang pemakai tidak menyadari bahwa perangkat lunak yang ditunjukkan masih berupa blue print sehingga tidak ada jaminan terhadap kualitas secara keseluruhan dan pemeliharaan jangka panjangnya. Dari sisi pengembang, karena ingin menyegerakan selesainya proyek, sering menggunakan bahasa pemrograman yang sederhana dalam membuat prototipe tanpa memikirkan lebih lanjut program yang lebih kompleks untuk membangun sistem yang sebenarnya.
Model Prototyping ini sangat sesuai diterapkan untuk kondisi yang beresiko tinggi di mana masalah-masalah tidak terstruktur dengan baik, terdapat fluktuasi kebutuhan pemakai yang berubah dari waktu ke waktu atau yang tidak terduga, bila interaksi dengan pemakai menjadi syarat mutlak dan waktu yang tersedia sangat terbatas sehingga butuh penyelesaian yang segera. Model ini juga dapat berjalan dengan maksimal pada situasi di mana sistem yang diharapkan adalah yang inovatif dan mutakhir sementara tahap penggunaan sistemnya relatif singkat.
3. RAD Model (Rapid Aplication Development)
RAD adalah proses pembangunan Perangkat Lunak yang menekankan pada siklus pengembangan yang pendek dan singkat. Model ini mengawinkan model waterfall dan model component based construction.

Gambar 3. Model RAD
Secara ringkas, tahapan-tahapan RAD adalah sebagai berikut.
Tahap Pemodelan Bisnis: dibuat agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: informasi apa yang mengontrol proses bisnis? Informasi apa yang didapat? Siapa yang mendapatkannya? Untuk siapa informasi itu ditujukan? Siapa yang akan memprosesnya?
Tahap Pemodelan Data: informasi-informasi yang dipadu dari pemodelan bisnis dipilah-pilah ke menjadi sekumpulan objek data yang masing-masing objek diidentifikasikan dan ditentukan hubungan antara objek-objek tersebut.
Tahap Pemodelan Proses: aliran informasi yang didapat dalam proses pemodelan data diolah sedemikian untuk dapat menopang fungsi-fungsi bisnis. Prosesnya dikreasikan untuk menambah, memodifikasi, menghapus dan atau mendapatkan kembali sebuah objek data.
Tahap Pembuatan Aplikasi: RAD dapat saja memakai kembali komponen program yang sudah ada bila dimungkinkan, atau membuat komponen yang dapat digunakan lagi bila diperlukan di masa mendatang. RAD juga diasumsikan menggunakan teknik generasi keempat (4GT).
Tahap Pengujian dan Pergantian: Proses RAD menekankan pada pemakaian kembali yang memungkinkan berkurangnya keseluruhan waktu pengujian, namun komponen harus diuji dan harus dilatih secara penuh dan terintegrasi.
Kelebihan model RAD: tahap-tahap RAD membuatnya mampu untuk menggunakan kembali komponen yang ada (reusable object), karena setiap komponen software dikerjakan secara terpisah dengan tim-tim tersendiri sehingga dapat digunakan juga untuk aplikasi lain yang pada akhirnya akan menghemat waktu.  Penggunaan tim yang terpisah untuk mengerjakan pekerjaan yang berbeda membuat pekerjaan lebih cepat dalam proses integrasi dan efisien terhadap waktu tanpa mengacaukan aplikasi.
Kelemahan model RAD: Tidak begitu cocok untuk proyek dengan skala besar karena dibutuhkan sumber daya manusia yang semakin banyak seiring dengan semakin banyaknya komponen yang dikerjakan, selain itu, semakin besar proyek, semakin kompleks pula koordinasi yang dibutuhkan.  Dalam waktu yang singkat, rasanya sulit untuk pengembang dan pemakai berkomitmen untuk melaksanakan berbagai kegiatan untuk melengkapi sistem. Apalagi bila sistem ternyata tidak dapat dimodularisasi sementara sistem mempunyai resiko teknik yang tinggi.
Model RAD sangat tepat diterapkan untuk sistem yang telah jelas dan lengkap kebutuhannya, di mana terdapat komponen-komponen yang dapat dipakai kembali dalam proyek yang berskala kecil dengan waktu pengembangan perangkat lunak yang singkat.
4.       Evolutionary software process model, terbagi dua:\
4A.      Incremental Model
Model ini merupakan hasil kombinasi elemen-elemen dari model waterfall yang diaplikasikan secara berulang. Elemen-elemen tersebut dikerjakan hingga menghasilkan produk dengan spesifikasi tertentu kemudian proses dimulai dari awal kembali hingga muncul hasil yang spesifikasinya lebih lengkap dari sebelumnya dan tentunya memenuhi kebutuhan pemakai.

 Gambar 4. Incremental Model
 Kelebihan model ini adalah mampu mengakomodasi perubahan secara fleksibel, dengan waktu yang relatif singkat dan tidak dibutuhkan anggota/tim yang banyak untuk menjalankannya.
Kekurangannya adalah tidak cocok untuk proyek berukuran besar (lebih dari 200.000 baris coding) dan sulit untuk memetakan kebutuhan pemakai ke dalam rencana spesifikasi tiap-tiap hasil dari increament.
Model ini cocok dipakai untuk proyek kecil dengan anggota tim yang sedikit dan ketersediaan waktu yang terbatas.
4B.      Spiral Model/Spiral Boehm
Model ini mengadaptasi dua model perangkat lunak yang ada yaitu model prototyping dengan pengulangannya dan model waterfall dengan pengendalian dan sistematikanya.  Model ini dikenal dengan sebutan Spiral Boehm. Pengembang dalam model ini memadupadankan beberapa model umum tersebut untuk menghasilkan produk khusus atau untuk menjawab persoalan-persoalan tertentu selama proses pengerjaan proyek.

 Gambar 5. Model Spiral Boehm
 Tahap-tahap model ini dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut.
Tahap Liason: pada tahap ini dibangun komunikasi yang baik dengan calon pengguna/pemakai
Tahap Planning (perencanaan): pada tahap ini ditentukan sumber-sumber informasi, batas waktu dan informasi-informasi yang dapat menjelaskan proyek.
Tahap Analisis Resiko: mendefinisikan resiko, menentukan apa saja yang menjadi resiko baik teknis maupun manajemen.
Tahap Rekayasa (engineering): pembuatan prototipe
Tahap Konstruksi dan Pelepasan (release): pada tahap ini dilakukan pembangunan perangkat lunak yang dimaksud, diuji, diinstal dan diberikan sokongan-sokongan tambahan untuk keberhasilan proyek.
Tahap Evaluasi: Pelanggan/pemakai/pengguna biasanya memberikan masukan berdasarkan hasil yang didapat dari tahap engineering dan instalasi.
Kelebihan model ini adalah sangat mempertimbangkan resiko kemungkinan munculnya kesalahan sehingga sangat dapat diandalkan untuk pengembangan perangkat lunak skala besar. Pendekatan model ini dilakukan melalui tahapan-tahapan yang sangat baik dengan menggabungkan model waterfall ditambah dengan pengulangan-pengulangan sehingga lebih realistis untuk mencerminkan keadaan sebenarnya. Baik pengembang maupun pemakai dapat cepat mengetahui letak kekurangan dan kesalahan dari sistem karena proses-prosesnya dapat diamati dengan baik.
Kekurangan model ini adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan perangkat lunak cukup panjang demikian juga biaya yang besar. Selain itu, sangat tergantung kepada tenaga ahli yang dapat memperkirakan resiko. Terdapat pula kesulitan untuk mengontrol proses. Sampai saat ini, karena masih relatif baru, belum ada bukti apakah metode ini cukup handal untuk diterapkan.
Model Boehm sangat cocok diterapkan untuk pengembangan sistem dan perangkat lunak skala besar di mana pengembang dan pemakai dapat lebih mudah memahami kondisi pada setiap tahapan dan bereaksi terhadap kemungkinan terjadinya kesalahan. Selain itu, diharapkan juga waktu dan dana yang tersedia cukup memadai.
5.       Component Assembly Model (CAM/Model Perakitan Komponen)
Model ini merupakan gabungan dari berbagai sifat dan karakter dari model spiral Boehm dan sangat erat keterikatannya dengan model RAD (Rapid Application Development) model karena model CAM ini menggunakan peralatan-peralatan dan GUI (Graphic User Interface) untuk membangun software. Dengan kata lain, pembuatan aplikasinya dibuat dari paket perangkat lunak yang berisi serangkaian komponen yang telah ada sebelumnya. Namun, waktu yang dibutuhkan dapat disesuaikan atau lebih efektif ketimbang harus mengerjakan program dari awal.

                        Gambar 6. CAM
Tahapan-tahapan Model ini adalah:
Tahap Identifikasi calon-calon komponen (kelas objek); Tahap melihat komponen-komponen dalam pustaka; Tahap mengekstrak komponen jika ada; Tahap membangun komponen jika tidak ada; Tahap menyimpan komponen baru pada pustaka; Tahap mengkonstruksi iterasi ke-n dari sistem.
Kelebihan model ini adalah tinggal mencaplok atau menggunakan program atau komponen yang sudah ada dan menyusunnya menjadi sebuah program yang lebih kompleks dan berkembang sesuai dengan kebutuhan user/pengguna sehingga dapat mengefisienkan penggunaan waktu dan tenaga.  Selain itu, model ini juga menyediakan kemampuan untuk memvisualisasikan hasil rakitan dengan kesanggupan untuk mengukur, menganalisa, merancang dan merancang ulang program.
Kekurangan model ini adalah seringnya program atau komponen-komponen terdahulu tidak kompatibel atau sejalan dengan model perakitan komponen ini sehingga untuk perusahaan berskala kecil akan kesulitan menemukan komponen yang sesuai untuk dirakit.
Model ini sangat sesuai digunakan oleh perusahaan besar yang sudah berpengalaman mengembangkan software. Mereka dapat memanfaatkan software-software yang telah umum dikembangkan sebelumnya menjadi bentuk baru dari software yang ingin dikomersilkan.
6.       The Concurrent Development Model
Model ini disebut juga dengan concurrent engineering yang dapat digambarkan secara skematik sebagai serial dari kegiatan teknis utama, tugas-tugas, dan hubungan antar bagian-bagian yang saling terkait di mana aktifitas analisa seperti desain/rancangan atau komunikasi pelanggan dapat diskemakan dengan cara yang sama.
 
Gambar 7. The Concurrent Development Model
Concurrent process model cocok digunakan untuk pengembangan aplikasi client/server yang terdiri atas satu set komponen yang fungsional. Terdapat dua dimensi aktivitas yang digambarkan oleh model ini sebagai berikut.
Dimensi sistem: terdapat tiga proses di dalamnya yakni perancangan, perakitan (assembly) dan penggunaan (use).
Dimensi komponen: terdapat dua kegiatan utama yaitu perancangan dan realisasi.
Concurrency (pertemuan) dapat diperoleh dengan dua cara: 1) sistem dan komponen kegiatan (aktifitas) terjadi secara simultan dan dapat diperagakan dengan memanfaatkan pendekatan yang berdasar pada status sebelumnya; 2) aplikasi client/server yang bersifat unik/khas di mana dapat diterapkan pada banyak komponen yang tiap-tiap komponen bisa dirancang dan direalisasikan secara serentak.
7.       Formal Method Models
Pada model ini, digunakan notasi matematika yang terperinci dan penuh ketelitian dalam mengidentifikasi desain dan menguji sistem yang berbasis komputer. Metode ini sering dipakai untuk spesifikasi yang detail, rancangan dan verifikasi pada bagian-bagian sistem yang penting (bersifat kritikal) seperti pada sistem avionic dan aerospace, serta pada sistem keamanan yang kritikal pada monitor jantung, ATM (Anjungan Tunai Mandiri) dan pada perbankan.
Secara khusus, metode formal sangat cocok dijalankan pada sistem yang kompleks.
8. Fourth Generation Techniques/Model Teknik Generasi ke-4/4GT

               Gambar 8. Model Teknik Generasi ke-4
                Istilah Fourth Generation Techniques (4GT) mencakup seperangkat peralatan perangkat lunak yang berfungsi sebagai perangkat bantu yang memudahkan seorang pengembang software mengaplikasi beberapa karakteristik software pada tingkat yang tinggi, yang akan menghasilkan source code dan object code secara otomatis sesuai dengan spesifikasi (persyaratan khusus) yang dibuat oleh sang pengembang perangkat lunak.
Dewasa ini, 4GT tools dipakai sebagai bahasa non prosedur untuk DataBase Query, Pembentukan laporan (Report Generation), Manipulasi data, Definisi dan interaksi layar (screen), Pembentukan object dan source ( Object and source generation ), Kemampuan grafik yang tinggi, dan Kemampuan spreadsheet.
Tahapan-tahapan model 4GT dapat diringkas sebagai berikut.
Tahap Pengumpulan Kebutuhan: tahap ini dimulai dengan mengumpulkan serangkaian kebutuhan yang nantinya akan diterjemahkan ke dalam prototipe. Namun, apabila pelanggan tidak yakin dengan apa yang diperlukan dan fakta-fakta tidak jelas diketahui maka prototipe tidak dapat dikerjakan oleh peralatan 4GT.
Tahap Merancang Strategi: tahap ini dibutuhkan untuk proyek besar yakni dengan menterjemahkan kebutuhan menjadi prototipe operasional  agar tidak timbul masalah yang sama jika dibuat dengan model konvensional. Namun, untuk proyek skala kecil tahap ini dapat dihilangkan dengan  langsung melakukan implementasi dengan menggunakan bahasa generasi keempat (4GT).
Tahap Implementasi Menggunakan Bahasa Keempat: untuk skala kecil tahap ini dapat langsung dilakukan ketika kebutuhan telah jelas, dan untuk proyek besar tahapan ini dijalankan setelah dirancang prototipe operasional. Implementasi yang menggunakan 4GT memudahkan pengembang software untuk menjelaskan hasil yang diharapkan yang nantinya akan diterjemahkan ke dalam bentuk kode sumber dan kode objek.
Tahap Produksi: Tahap ini merupakan langkah terakhir yakni mengubah implementasi  4GT ke dalam hasil akhir berupa produk.
Kelebihan model ini adalah pengurangan waktu dan peningkatan produktivitas yang besar.
Kekurangan model ini adalah kemungkinan akan sulit memanfaatkan alat bantu/peralatan/tools 4GT dibandingkan dengan menggunakan bahasa pemrograman yang konvensional, selain itu terdapat juga masalah dalam hal kode sumber yang tidak efisien. Di samping itu, pemeliharaan sistem software besar yang dikembangkan oleh 4GT juga masih sedang dalam proses pengkajian.
Model ini diaplikasikan untuk mengembangkan perangkat lunak yang memakai bentuk bahasa khusus atau notasi grafik yang dieksekusi/diselesaikan dengan syarat atau ketentuan yang dipahami oleh pemakai/pengguna/kustomer.

No comments:

Post a Comment